Menyapa Langit

Sebentar lagi senja, sinar jingga kan menyinari bumi. Tapi sayang ia tak Nampak hari ini. Ia tertutupi oleh awan abu-abu dan langit yang menghitam. Kilatan putih yang begitu cepat tiba dan pergi menghiasi langit sebagai gantinya. Hai langit kalau boleh ku meminta, tolong besok berikan aku senja manis di hari kamis yang memang manis katanya orang busuk. Ah kembali lagi aku curhat akan kekecewaanku. Abaikan saja langit.

Tadi siang anakmu hujan mampir ke rumahku, di ruang pikiranku. Ia banyak bercerita tentang dirinya dan apa yang ia ketahui. Ah pintar sekali kamu mendidiknya, tak sia-sia kau melhirkannya. Obrolan macam ini, maklumi aku yang berceloteh tentang apa saja. Aku sekedar mengingatkan langit, manusia itu banyak ragamnya. Banyak yang suka senja dan juga suka hujan. Bahkan menyukai dua-duanya. Ribet kan? Yah begitulah manusia banyak maunya tapi sedikit yang mau tahu tentang perasaan temannya. Terutama perasaan temannya yang kecewa. Tuh kan curhat lagi.

Baiklah, selamat melahirkan hujan dan mengenalkan petir pada sore ini. Kan ku tunggu senjamu lagi.

Tinggalkan komentar