Cerita si Hujan

Halo, nama saya hujan. Saya lahir dari rahim langit biru. Saya tinggal di asa. Asa antara langit dan bumi. Saya sering menjatuhkan diri ke tanah hijau, coklat, hitam bahkan genteng warni-warni milik umat bumi. Umat bumi, unik bila berbicara tentang makhluk itu. Umat bumi konon namanya manusia. Ada ratusan juta bahkan milyaran jumlahnya di muka bumi ini. Amat banyak bisa menyaingi jumlah saudaraku sendiri.

Ketika aku lahir akan terbagi ragam manusia yang menyambutnya. Pertama menyambutku dengan senyuman. Ini jenis manusi penyuka hujan, denger-denger sih penggemar Banda Neira juga. Aku lahir ia menerimaku dengan tangan terbuka, menutup matanya lalu menghirup udara dengan tenangnya. Ada aroma tanah katanya, padahal aku sendiri tidak sama sekali menghirup apa lebihnya aroma tanah.

Kedua, ada sekelompok manusia yang menyambutku dengan mellow. Mendadak ia mendekat dengan kaca jendela. Ia perhatikanku dengan seksama proses kelahiranku hingga membanjiri segala penjuru yang ada di bumi. Terlalu detail ia menikmatinya hingga membuatnya rindu akan sesuatu. Ia rindu akan romansa hujan bersam orang yang ia suka dan kagumi. Istilah anak sekarang sih galau atau baper gitu kali ya. Ah ada-ada saja manusia macam ini. Ia sering menuduhku kalau aku lah faktor utama yang membuatnya kangen berat dengan teman masa lalunya. Aku tak bisa berbuat apa-apa bila semua menudingku ini itu. Siapalah aku ini.

Ketiga, kumpulan manusia yang ususnya sangat pendek. Baru sekian detik makanan dicerna sudah keluar lagi. Alias mudah lapar di saat dingin, yaitu di iklim saat aku lahir. Bunyi kentongan apapun yang lewat di depan kos berasa mendengar Justin Bieber nyanyi di candle light dinner. Terasa bahagia katanya, yang artinya pemadam kelaparan telah tiba. Bakso, gorengan hingga angsle mendadak hits di kalangan anak kos. Terutama bagi cacing-cacing di dalam perut. Walau terjebak di dalam kamar ia tetap ceria karena selalu diberi makan.

Ah menuli apalah aku ini. Aku hanya berbagi sedikit kisah yang aku tahu. Baru sedikit karakter manusia yang aku kenal. Kapan-kapan aku kenalan lagi ah dengan manusia lainnya. Mungkin di gang kosan Bu Haji sebelah lebih asyik orang-orangnya. Eh bentar ada yang asyik ngetik depan laptop tuh, kelihatan dari sini. Aku sedang menetes di gentengnya Pak Haji. Ia muram dan tampak cepat sekali mengetik di laptop putihnya. Hanya sebotol minum air putih di sebelahnya. Oh aku dengar lagi, lagunya bukan Banda Neira tapi itu lo pasangan suami istri yang terkenal dengan lagu indienya. Aduh siapa sih itu. Oh, Endah n rhesa. Satu lagi aku melihat banyak buku menumpuk tak rapi di belakang laptopnya. Manusia macam apalagi ini? Aku perhatikan dulu ya gaes, nanti akan ku ceritakan minggu depan. Insyaallah. Btw, pada heran nggak sih kok aku bisa tahu apa aja istilah yang ada di hidup manusia? Hahay, aku kan hujan yang diberi gelar Umat Hujan terkepo sepanjang masa musim hujan yang diberi oleh tuan tanah dan putri langit. Gimana enggak kepo, setiap pembicaraan manusia aku selalu suka mendengarkannya dan memperhatikannya.

Ah sudah-sudah, target kepoku mendadak hilang nih dari depan laptopnya. Cerita sih tadi. Eh dia datang lagi duduk dan menaruh kedua tangannya di tuts keyboard laptop. Sekarang aku sudah berdiam diri di jendelanya yang bening. Baiklah aku ingin kepo dulu ya, dadah sampai ketemu di season hujan selanjutnya. Bye!

Tinggalkan komentar